31 Mei 2008

UMROH BERSAMA ASSURYANIYAH 2007 (8)

Komar Sembuh, Langsung Menyusul ke Mekkah

Masih ingat Komar dinyatakan batal ikut umrah PT Assuryaniyah? Kamis sore lalu tiba-tiba menelpon ke Posko di Mekkah. Dia minta dijemput di Jeddah. Panitia kalang kabut, dan akhirnya dia datang memenuhi rencana reuni Empat Sekawan di Arab Saudi.
Kepastian kedatangan H Komar itu juga disampaikan anggota personil Empat Sekawan, Derry. Kepada Indo.Pos Derry menyatakan kegembiraannya bisa bereuni kembali di Mekkah. “Pertama kali kami umrah 10 tahun lalu. Bersyukur Komar bisa menyusul. Boleh dikata Assuryaniyah kembali mempersatukan kami,” kata Derry yang didampingi Ginanjar dan Eman.
Dirut Assuryaniyah HM Syami membenarkan kalau Komar akan menyusul. “Sore ini kami jemput,” katanya. Diperkirakan anggota DPR dari Partai Demokrat tersebut tiba pada magrib nanti. Jeddah Mekkah hanya 1 jam naik bus.

SANTAI DI MEJA MAKAN: Dery, Ginanjar, Emon, dan H Komar -Empat Sekawan yang kembali reuni di Tanah Haram dalam program umroh reguler Assuryaniyah.

Benar, Kamis sore WIB komedian yang kini menjadi anggota DPR RI itu sudah terlihat di loby hotel sudah berpakaian ihram dan ikut kultum di ruang makan. Indo.Pos pun sempat berkelakar dengannya. “Gak enak aja ama teman-teman, masak gini aja reuni harus batal,” katanya.
Komar memang harus melaksanakan tawaf, sa’i, dan tahallul. Sebab inilah inti ibadah umrah. Selesai tawaf, komedian yang banyak berdakwah ini pun ikut larut dalam tasyakuran PT Assuryaniyah di Masjidil Haram. Acara pengampunan dosa itu dilakukan pukul 01.30 Jumat dinihari. Acara itu dipimpin H Kosasih dan diikuti hampir semua jamaah umrah. Pendiri Assuryaniyah Hj Suryani Tahir hadir dalam acara syukuran tersebut.
Jumat di Mekkah adalah hari libur. Para jamaah boleh dikata tidak ada kegiatan hingga salat Jumat. Kamis lalu juga seharian acara bebas. Inilah yang dimanfaatkan sebagian besar jamaah untuk jalan-jalan di sekitar Masjidil Haram. Berombongan mereka ke Pasar Seng, sebutan bagi pasar yang cukup terkenal di Mekkah. Ada pula ke Masjidil Haram untuk mendekatkan diri ke Baitullah. Lainnya adalah menyusuri gang di mana terdapat banyak minimarket Indonesia.

RIWAYAT ISLAM: Inilah bangunan yang diyakini sebagai rumah tempat Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Tentu bangunan sekarang tidak sama dengan bangunan di saat Muhammad lahir. Rumah ini letaknya tak jauh dari Masjidil Haram, kira-kira hanya sekitar 200 meter dari Kakbah. Rumah kelahiran Muhammad tersebut kini dijadikan sebagai perpustakaan Kota Mekkah.

Di lain pihak, ada yang hanya foto-foto di depan rumah tempat Nabi Muhammad dilahirkan. Rumah itu seperti tidak terawat, hanya dijadikan perpustakaan yang kelihatannya jarang dibuka. Warnanya putih kusam. Dua hari pemantauan Indo.Pos, rumah atau perpustakaan tersebut tidak pernah dibuka sama sekali. Di depannya banyak pengemis yang rata-rata dari Afrika. Rumah tersebut berhadapan persis dengan pintu Al Munawar Masjidil Haram. Memang Setiap pintu di Masjidil Haram punya nama. Yang dekat dengan tempat sa’i disebut Munawara Gate.
Saya dan Akbar Muslim juga ikut ke Pasar Seng, lalu menyusuri minimarket Indonesia itu. Maklum Akbar adalah perokok. Di Arab, rokok adalah ‘barang haram’. Minimarket ini hanya menjual rokok asal Indonesia di bawah tangan. Saat ditanya semua mengatakan tidak ada, takut jangan sampai ketahuan.

PAGI DI MEKKAH: Usai salat subuh di Masjidil Haram banyak jamaah menyempatkan berjalan-jalan di sekitar kawasan Pasar Seng. Saya sendiri menelusuri pasar buah, dan membeli koran Jawa Pos di toko Indonesia. Saya ketika difoto oleh Akbar di depan lapak-lapak penjual buah.

Di toko Surabaya baru bisa dapat. Itu pun diserahkan dengan tertutup rapat. Di sana pula ada dijual koran Jawa Pos edisi sehari sebelumnya. Jawa Pos terbaru adalah edisi Kamis 18 April 2007. Ada juga harian Kompas di toko ini. Sementara di toko Nusantara dan Bandung, serta toko Puncak Sumatera tersedia Jawa Pos, Nova, dan Tabloid Pulsa. Saya membeli Jawa Pos.
Soal warnet, saya sempat kelimpungan. Warung internet seperti barang langka di Mekkah. Hotel berbintang nyaris tak menyediakan internet di bussiness center-nya. Untung ada panitia yang memiliki internet lengkap di kediamannya. Hamdy, juga panitia, bersedia mengantar saya ke rumah Lutfie dengan mobil sedan mewah milik Lutfie sendiri. Sayang Windows Vista Lutfie tak bisa membaca flash disk USB milik saya. Artinya, di rumah Lutfie, saya gagal mengirim laporan ke tanah air. Namun atas jasa pengusaha muda asal Indonesia di Mekkah ini, saya baru bisa mengakses internet di cafe internet di kawasan Aziziah. Hanya saja Windows-nya berbahasa Arab. Saya pun meraba-raba seadanya saja. Sukses, dan terkirimlah berita yang terbit pada edisi kemarin.

DI LOBY AL RAWASI: Sepulang salat subuh, jamaah duduk-duduk dulu di loby hotel sebelum keluar melihat-lihat Kota Mekkah atau berbelanja di pusat pertokoan. Saya (baju merah pegang koran Jawa Pos) berfoto bersama dengan panitia, Dery, Emon, Ginanjar, dan beberapa anggota rombongan.

30 Mei 2008

UMROH BERSAMA ASSURYANIYAH 2007 (7)

Lelehan Airmata Bersimpuh di Depan Kakbah

SETELAH menjadi tamu Rasulullah di Madinah, jamaah Assuryaniyah kemarin gantian menjadi tamu Allah di Mekkah. Dalam sejarah Islam, dua kota ini menjadi saksi sejarah kebesaran Islam. Kalau di Madinah melalukan ziarah, di Mekkah melakukan tawaf, sa’i, dan tahallul. Inilah inti ibadah umrah. Kemarin, tak satu pun jamaah Assuryaniyah gagal melakukan tawaf, sa’i, dan tahallul. Semua prosesi dilalui dengan baik. Memang ada yang tak kuat melakukan sa’i, namun dapat diantisipasi dengan menggunakan jasa kursi roda.
Sebanyak 4 kelompok berturut-turut memasuki Masjidil Haram. Satu kelompok selesai tawaf diukuti kelompok berikutnya. Begitu pun saat sai dan tahallul. Dari posko Assuryaniyah di Hotel Al Rawasi dilaporkan semua peserta melakukan tawaf dengan khusuk. Artinya Ibadahnya sudah pasti diterima Allah swt. Sekali umrah dan salat di depan Kakbah maka semua dosa akan terhapuskan.

NIAT UMROH: Berfoto sejenak di depan Masjid Bier Ali usai salat dan berniat umroh.

Maka hampir semua jamaah duduk dan bersimpuh di depan Kakbah. Memanjatkan doa, mohon pertolongan, mohon diberikan kesehatan dan dimudahkan segala urusannya. Tak sedikit yang melelehkan air mata, baik sejak pertama kali melihat baitullah maupun di saat memohon ampunan Allah di depan Kakbah. Doa yang dipimpin HM Nabil cukup menggetarkan, sehingga banyak yang ingin terus berlama-lama berdoa. Ada pula yang karena asyiknya berdoa, lupa kalau masih ada kewajiban lain, yaitu sa’i, dan tahallul.
Prosesi ibadah umrah Assuryaniyah dilakukan mulai pukul 22.30 sampai pukul 24.00 Kamis. Mengapa dilakukan malam? Ini karena program umrah milad 34 Assuryaniyah dimulai dari Kota Madinah. Habis ziarah terakhir di Madinah Kamis pukul 13.00, langsung bertolak ke Mekkah. Pada saat itu jamaah sudah memakai pakaian ihram. Madinah-Mekkah ditempuh selama 5 jam naik bus. Sebelum ke Mekkah, jamaah miqot atau berniat ihram lebih dulu di Bier Ali.
Soal miqot ini, memang banyak tempatnya. Program umrah yang dimulai dari Madinah akan miqot di Bier Ali. Tempatnya dekat dari Madinah, hanya 20 km. Namun cukup jauh dari Mekkah. Ada pula tempat miqot di sekitar Masjidil Haram, yaitu di Masjid Tan’im, yang sering juga disebut masjid Aisyah. Itu bagi umrah yang dimulai dari Mekkah sendiri.
Miqot adalah berniat ihram dan umrah. Sebelum memakai pakaian ihram, ummat Islam diwajibkan mandi, sehat, harum, dan bersih. Namun setelah miqot, banyak larangannya. Terutama berhubungan intim suami istri. Itu dosa paling besar jika larangan ini dilanggar. Yang melakukan akan dikenai dam atau denda memotong unta. Kalau larangan lainnya dilanggar, dam-nya cukup memotong kambing atau biri-biri.

KEBESARAN ALLAH: Kakbah berdiri tunggal di tengah-tengah Masjidil Haram. Foto saya diambil ketika saya melaksanakan tawaf sunat.

Berihrom juga harus menanggalkan pakaian dalam. Tujuannya adalah ihram dipersonifikasikan telah siap mati. Sehingga hanya kain putih yang menutupi seluruh tubuh. Pakai ihram memang putih, terdiri 2 potong, yaitu bagian bawah sbagai sarung dan bagian atas untuk menutupi tubuh selain pundak sebelah kanan. Di Bier Ali jamaah Assuryaniyah bertemu dengan jamaah lain dari negara lain pula. Ada dari Pakistan, Iran, Turki, Tunisia, Afrika, dan Malaysia. Yang terbanyak dari Indonesia.
Tiba di Mekkah Al Mukarramah pukul 19.30. Langsung makan malam. Tak ada urusan lain kecuali ambil wudhu untuk selanjutnya menuju Masjidil Haram. Untungnya Hotel yang ditempati para jamaah hanya 200 meter dari Masjidil Haram. Jalan kaki 2-3 menit sudah sampai. Sama seperti di Madinah hanya 200 meter dari belakang Masjid Nabawi.
Selanjutnya mulai Kamis subuh ini, jamaah Assuryaniyah akan menghabiskan waktu dengan memperbanyak ibadah di Masjidil Haram. Shalat wajib, sunat, doa dan ziarah-ziarah yang tentunya lebih afdol dilakukan di depan Kakbah ini. Selama 3 hari mulai Kamis jamaah akan tetap berada di Mekkah. Minggu dijadwalkan menuju Jeddah untuk selanjutnya balik ke Indonesia.
Kondisi jamaah sejauh ini sehat-sehat saja. Tim medis sendiri cukup banyak memberi tips sehat selama dalam beribadah dan dalam perjalanan. Di Setiap acara break siang dan malam, dokter Muslim sebagai kordinator tim medis memeriksa kesehatan para jamaah. “Perubahan cuaca, dan jarak tempuh yang jauh bisa menimbulkan dehidrasi. Jadi harus banyak minum air putih,” katanya. (*)

26 Mei 2008

UMROH BERSAMA ASSURYANIYAH 2007 (6)

Satu Setengah Hari Ziarah, Langsung ke Mekkah

Di Madinah para jamaah umrah Assuryaniyah cukup teratur. Jadwal yang dibarikan terlaksana tepat waktu. Kemarin, para jamaah urah melaksanakan ziarah ke tempat-tempat bersejarah di Madinah.
Selasa subuh tiba di Madinah, langsung sejuk. Itu karena setelah itu jamaah berbaur dengan ribuan ummat Islam salat subuh di Masjid Nabawi. Usai salat subuh digunakan untuk istirahat. Maklum, mulai pagi hingga magrib-nya, program umrah akan memasuki jadwal-jadwal ziarah. Memang Kota Madinah ibarat kota transit. Di tempat Nabi Muhammad menghabiskan usianya itu menjadi tempat yang bersejarah dalam Islam sehingga disebut pula kota ziarah.

PARA SUHADA: Berpose di depan pintu pemakaman para suhada Perang Uhud. Sekitar 70-an pasukan Nabi tewas dalam perang terbesar kedua di zaman rasulullah ini. Di depan pemakaman ini sebuah keterangan bertuliskan dengan bahasa Indonesia.

Ada beberapa tempat yang dikunjungi kemarin. Pertama di Masjid Nabawi. Yaitu masjid yang dibangun oleh Rasulullah yang juga tempat di mana dia dikuburkan. Semua jamaah umrah Assuryaniyah tak menyia-nyiakan ziarah ini. Sebab, di lingkungan masjid ini ada makam Rasul, makam para suhada, raudhah, dan pemakaman baqi. Semua umat Islam pasti menyempatkan datang ke tempat ini. Memberikan doa kepada Muhammad dan sahabatnya.
Di makam raudhah, para jamaah dari seluruh dunia berlomba salat di dekat pilar Rasulullah. Ini karena salat dan doa di tempat ini akan dilimpatgandakan pahalanya. Peserta dari Assuryaniyah, salatnya sangat dekat dengan pilar raudhah itu. Maklum, pemandu dari perusahaan travel haji dan umrah ini cukup baik dalam memberi kesempatan kepada jamaahnya.
Di depan makam Rasulullah, jamaah membacakan doa kepada menyampaikan selamat dan kebanggaan atas perjuangan Nabi Muhammad dalam menyiarkan dan mengembangkan ajaran Islam. Para peziarah tak bisa menyentuh tiang-tiang makam, sebab para lasykar –sebutan bagi penjaga keamanan Arab Saudi- memang diwanti-wanti agar tidak ada orang yang menyentuhnya. Memotret pun tidak boleh.
Di luar makam Muhammad dan dua sahabatnya, tapi masih di komplek Masjid Nabawi, terdapat pemakaman baqi. Pemakaman ini merupakan tempat dikuburkan para pengikut-pengikut setia Rasul. Di sini pun para jamaah berdoa menyampaikan salam dan salawat atas segala perjuangan Nabi Muhammad mengembangkan Islam.

LEPAS LELAH: Para jamaah duduk dan bersantai menikmati kurma di kebun kurma yang tak jauh dari Masjid Quba.

Siang kembali ke hotel. Hotel yang dipakai jamaah Assuryaniyah cukup dekat dengan Masjid Nabawi. Kira-kira hanya 200 meter sudah dapat bagian timur masjid. Hotel Dallah Taibah kemarin juga sangat dipenuhi oleh jamaah dari seluruh dunia. Baik yang belum ke Mekkah, mau pun yang baru saja umrah di Masjidil Haram. Ada beberapa puluh jamaah datang dari Malaysia, Turki, Iran yang ciri khasnya jubah hitam, ada pula dari Pakistan dan India.
Di sekitar Nabawi sekarang ini telah dikelilingi hotel. Para pemodal mengorientasikan hotelnya agar dekat dengan masjid yang dibangun oleh Rasulullah itu. Dallah dan hotel-hotel di sekitarnya termasuk bertarif mahal karena makin dekat dengan Nabawi makin mahal pula.
Usai salat dhuhur jamaah melanjtkan ziarah di Masjid Quba. Inilah masjid kedua Nabi Muhammad. Dalam ajaran Islam, salat di Masjid Quba akan dilipat gandakan pahalanya. Sebanyak 350-an jamaah Assuryaniyah salat di sini. Doa di masjid ini diyakini akan dikabulkan Allah. Terlihat jamaah khusuk memanjatkan doanya. Tak terkecuali tiga personel komedian Empat Sekawan, Derry, Ginanjar, dan Emon.

MASJID KEDUA: Inilah masjid kedua yang dibangun Rasulullah di Kota Madinah. Masjid pertama adalah Masjid Nabawi. Di sini para jamaah memunajatkan doa kepada Rasullah dan para sahabatnya. Jamaah juga meyakini salat dan berdoa di masjid ini akan diterima Allah SWT.

Dari Masjid Quba, ziarah berlanjut ke Jabal Uhud. Namun sebelum ke Bukit Uhud itu para peserta singga di kebun kurma. Semua beli oleh-oleh kurma. Menurut keterangan, ada 90-an jenis kurma yang ada. Namun yang paling mahal adalah kurma ajua yang disebut juga kurma Nabi Muhammad. Kenapa? Karena kurma jenis inilah yang ditanam oleh Rasulullah dan dimakan setiap sahur dan berbuka puasa sserta menjadi makanan pokok di masa hidupnya. Warnanya hitam dan harganya sekitar 70 riyal per kilogram.
Lanjut ke Jabal Uhud. Inilah titisan sejarah yang selalu dikunjungi ummat muslim dunia. Dalam sejarah Jabal Uhud adalah bukit di mana Rasulullah dan 700 pengukitnya berperang melawan kaum musyrik dari Mekkah. Itu terjadi tahun 3 hijriah. Di sana ada makam 70-an suhada yang gugur dalam perang Uhud tersebut. Nabi sendiri terluka di pelipis. Di sana ada sunur tempat dulu Muhammad membasuh darah setelah perang.
Dalam sejarah Islam pula, perang Uhud adalah perang kedua di zaman Rasulullah. Pertama perang Badar yang dimenangkan Rasulullah dan kedua perang Uhud ini. Perang Badar ummat Islam menang, sedangkan di perang Uhud kalah, namun secara moral menang. Mengapa? Karena setelah musuh-musih itu kembali ke Mekkah, mereka berlomba memeluk agama Islam. Rasulullah kalah di sini karena ada pengikutnya yang berkhianat. Sudah hampir menang, namun tergiur pampasan perang dan ingin segera mengambil lalu kluar persembunyian namun akhirnya dipukul mundur oleh musuh.
Besoknya atau Rabu, ziarah dilanjutkan. Namanya ziarah wada, yaitu ziarah perpisahan sebelum bertolak ke Mekkah untuk ibadah umrah. (*)

UMROH BERSAMA ASSURYANIYAH 2007 (5)

Lelah di Perjalanan, Sejuk di Masjid Nabawi

Perjalanan 9 jam 21 menit antara Jakarta-Jeddah ditambah 5 jam Jeddah-Madinah sungguh melelahkan. Tapi semua jadi sejuk, ketika hampir 350 jamaah Assuryaniyah ikut memenuhi Masjid Nabawi di Madinah. Itulah ibadah pertama umrah setelah di Arab Saudi.
Penerbangan Jakarta-Jeddah ditempuh dalam waktu 9 jam 21 menit. Waktu sebanyak itu untuk melalui 7.617 km. Bisa dibayangkan betapa lelahnya jamaah dengan hanya duduk selama 9 jam. Tak hanya itu, hanya dalam hitungan 1 jam, jamaah kembali menempuh perjalanan jauh di tengah malam selama 5 jam menuju Madinah.
Memang tak ada hambatan dalam proses masuknnya rombongan kedua jamaah umroh Assuryaniyah. Dugaaan bahwa ketatnya pemeriksaan oleh pihak imigrasi Bandara King Abdul Aziz ternyata tidak terbukti. Padahal sebelumnya rombongan sudah diwanti-wanti agar menyiapkan segala sesuatunya dalam pemeriksaan kelak.

LOLOS: Rombongan ketika hendak keluar dari terminal Bandara King Abdul Azis. Tampak Dery dan HM Nabil alias Ibeng (pembimbing Assuryaniyah).

Menembus petugas imigrasi benar-benar tak ada hambatan. Rombongan dengan enteng melewati petugas yang kesannya galak. Toh tak ada pembongkaran bagasi, tas dan semacamnya. Entah mengapa, baru kali ini imigrasi Arab Saudi begitu bersahabat. Barang apa saja yang dibawa praktis lolos. Ini kontras di Bandara Soekarno Hatta saat mau berangkat. Barang-barang cairan disita.
Proses pengambilan bagasi di Jeddah cukup lancar. Panitia lokal Assuryaniyah cukup pengalaman dalam mengurus barang jamaahnya. Semua beres dan bus pun tersedia di pelataran parkir Bandara King Abdul Aziz. Sebanyak 3 bus AC siap membawa sekitar 92 jamaah kelompok terbang kedua ini. Kelompok terbang pertama, yang terbang pada Minggu, sudah tiba di Madinah. Inilah rombongan terakhir menyusul ke Tanah Haram tersebut.
Sekelumit Kota Jeddah, bahwa kota ini merupakan salah satu pintu masuk ke Arab Saudi. Selain bandara, juga ada pelabuhan laut. Kota Jeddah 85 persen adalah gurun pasir yang tandus. Dari udara di atas bandara, bukit, tanah, dan pasir, tak ada yang berwarna hijau. Semua berwarna cokelat, warna khas gurun pasir, tandus. Di pinggir barat Kota Jeddah melintang Laut Merah, laut yang juga punya sejarah di zaman Nabi Muhammad.

SERAGAM: Dalam perjalanan naik bus dari Jeddah ke Madinah kami singgah salat magrib di daerah Rasili, sekitar 10 km dari Bandara King Abdul Azis. Tampak rombongan masih mengenakan seragam. Yang pakai rompi adalah Bapak Syami, Dirut Assuryaniyah.

Bandara King Abdul Aziz sebenarnya dibagi 2 untuk kedatangan. Satu untuk penerbangan umum dan umrah, satunya lagi terminal untuk jamaah haji. Bandara dengan arsitektur tenda-tenda itu dipakai untuk musim haji selama 3 bulan. Jadi, area untuk jamaah haji baru terbuka di musim haji. Selain itu, area itu nyaris tidak terpakai.
Keluar dari kawasan bandara, memang sudah kelihatan ada sedikit penghijauan. Menurut kisah, penghijauan oleh pemerintah Arab Saudi tersebut dilakukan dalam kerjasama dengan tiga kota, Yaitu Jeddah, Mekkah, dan Jakarta. Lho kok? Benar, penghijauan merupakan kerjasama dengan pemerintah DKI jakarta di era 1970-an di zaman kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin. Tanah untuk menghijauan diambil dari Afrika, sementara tanaman/pohon hiasnya dari Jakarta.

KHUSUK: Sebagian jamaah di dalam Masjid Nabawi di Madinah. Saya sempat mengambil gambar meski sebenarnya tidak diperbolehkan oleh Lasykar masjid.


Jeddah termasuk kota sedikit longgar dari pendatang. Para pekerja di kota ini banyak dari Asia seperti India, Philipina, Pakistan, Bangladesh, dan In donesia. TKI banyak pada bidang pekerjaan pembantu rumah tangga, sopir dan pelayan toko. Selain itu, kota ini masih dileluasakan dihuni non muslim. Inilah yang membedakan dengan Madinah dan Mekkah. Makanya kedua kota ini disebut Tanah Haram, yaitu haram bagi yang non muslim.



SEJUK DI NABAWI: Duduk di pelataran Majid Nabawi usai salat subuh. Inilah kali pertama saya menginjakkan kaki di masjid pertama yang dibangun Nabi Muhammad di Madinah tersebut.


Lima jam perjalanan melelahkan, akhirnya tiba di Madinah tepat 2 jam sebelum tanda shalat subuh. Tak repot mengurus akomidasi peserta karena sudah ada panitia lokal yang cukup profesional. Masuk kamar masing-masing, siap-siap menunggu adzan subuh. Begitu adzan, para peserta pun berhamburan ke Masjid Nabawi. Lelah hilang, berganti sejuk. (*)

18 Mei 2008

UMROH BERSAMA ASSURYANIYAH 2007 (4)

Sabun Akbar Muslim Gagal Berangkat

Sebanyak 90-an jamaah umrah Assuryaniyah kembali diberangkatkan. Para jamaah berkumpul di Termin al 2 D kemudian berangkat melalui Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GIA 981. Saya berkesempatan ikut melanjutkan laporannya.
Sebanyak 90-an jamaah keloter II kemarin sukses diberangkatkan. Mereka terdiri kelompok 6, 7, dan 8, dipimpin langsung Dirut PT Assuryaniyah HM Syami. Keberangkatan kemarin merupakan jamaah terakhir dalam program umrah reguler PT Assuryaniyah. Tim dokter, tim pemandu ikut gabung untuk mendampingi para jamaah.
Di bandara, di terminal 2 D para jamaah sudah berkumpul sejak jam 9 pagi. Mereka di antara kerabat dan handaitaulan. Seperti situasi pada pemberangkatan Minggu, kemarin juga ada suasana haru, lelehan air mata, dan sedih campur bahagia. Pembagian tiket, boarding pas dan passport berjalan lancar, tak ada hambatan. Di bagian fiskal juga demikian. “Aman Pak,” kata Syami, ketua kelompok 7.

SEMBILAN JAM: Para jamaah Assuryaniyah di atas pesawat dalam penerbangan ke Jeddah.

Sementara di bagian security checking, para jamaah sedikit tersendat. Pemeriksaan sedikit ketat, terumata pada barang bawaan. Jenis cairan di atas 100 mililiter harus dipisahkan. Ini menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tak hanya itu, barang bawaan berupa sabun mandi dalam jumlah banyak pun harus tertahan. Wartawan Indo.Pos, Akbar Muslim, harus merelakan beberapa sabun mandinya.
Petugas sebenarnya sudah memberikan kantong plastik untuk pengamanan barang-barang yang berlebihan tersebut. Hampir semua aman, kecuali milik Akbar. “Ini belum seberapa. Di Jeddah, pemeriksaan akan supeer ketat,” kata HM Syami lagi.
Menurut rencana, jamaah Assuryaniyah akan berangkat pukul 12.30. Saat laporan ini dibuat, Indo.Pos bersama jamaah lain masih dalam ruang tunggu. Sebagian menghabiskan waktunya bercanda sesama jamaah lain. Ada pula yang memanfaatkan waktu tunggu di kawasan toilet. Syami pun ikut larut ngepul dengan Derry dan sesama perokok. “Mumpung masih ada waktu,” kata Nabil alias Ibeng, pemandu dari PT Assuryaniyah.
Di ruang tunggu E 7, ternyata tak hanya jamaah Assuryaniyah. Ada pula jamaah dri travel lain yang juga akan bertolak ke Jeddah. Probgramnya sama, namun beda travel. Jumlah sedikit, namun juga akan menumpangi Garuda Indonesia. “Kita juga berangkat lewat Garuda,” kata Erick, jamaah travel Uswah Tour.
Setelah ruang tunggu penuh, rupanya ada pula jamaah dari travel lain lagi. Jumlahnya lebih sedikit lagi. Seragamnya putih-putih. Assuryaniyah sendiri menggunakan seragam batik, baik pria maupun perempuan. Warnanya biru muda kombinasi putih dan kerem. Di beberapa bagian tertulis lafal Al Qur’an. Inilah yang membedakan dengan jamaah travel lain.
Sesuai jadwal, para jamaah akan tiba di Bandara King Abdul Aziz pukul 18.00. Perbedaan waktu Jakarta-Jeddah adalah plus 4 jam. Dari Jeddah jamaah akan langsung bertolak ke Madinah dengan waktu tempuh 5 jam perjalanan dengan bus. Di Madinah akan istirahat, checking di hotel dan melaksanakan kewajibannya dalam prosesi ibadah di Tanah Haram. (*)

12 Mei 2008

UMROH BERSAMA ASSURYANIYAH 2007 (3)

Musim umroh tahun ini terjadi berbarengan dengan kenaikan harga-harga. Di kawasan Masjidil Haram dilakukan renovasi besar-besaran. Tahun lalu, saya diberi kesempatan beribadah ke sana. Tiap hari saya tuliskan laporannya. Berikut seri ketiga yang telah dimuat Indo.Pos.

Rombongan Pertama Berangkat, H Komar Batal

ROMBONGAN pertama jamaah umrah Assuryaniyah kemarin sudah bertolak ke Jeddah. Pagi ini (wib) rombongan kelompok 1, 2, 3, 4, dan 5 tersebut diperkirakan sudah berada di Madinah. Perbedaan waktu antra Arab Saudi dengan Indonesia adalah plus 4 jam.
Pemberangkatan kemarin menandai program umrah dari PT Asssuryaniyah tahun ini. Pemberangkatan dilepas langsung Ketua Yayasan Assuryaniyah Hj Suryani Tahir di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur. Dari asrama haji langsung menuju bandara, dan terbang dengan Garuda dengan nomor penerbangan GIA 980 sekitar pukul 12.30 wib.
Sebanyak 229 jamaah tersebut bertolak langsung dari Terminal D2 Bandara Soekarno Hatta Cengkareng. Tampak beberapa kerabat jamaah ikut mengantar sampai di ruang pengantaran. Ada lelehan air mata, ada kesedihan campur bahagia. Berita yang cukup mengejutkan, H Komar yang rencananya juga terbang dinyatakan batal karena terkena penyakit cacar.
“Batal bukan karena apa-apa, hanya karena masalah medis. Insya Allah program berikutnya dia ikut,” kata HM Syami, Dirut PT Assuryaniyah. Dengan begitu, rombongan Empat Sekawan yang ikut hanyalah Ginanjar, Eman, dan Derry.
Lima kelompok yang kemarin bertolak Jeddah dipimpin masing-masing ketua kelompok, pemandu, dan tim medis. Kelompok 1 dipimpin HS Duriyah T, kelompok 2 H Atiq Syukriati, kelompok 3 oleh H Qatrunnada, kelompok 4 H Kosasih, dan kelompok 5 dipimpin HM Nabil, yang biasa juga dipanggil Ibeng. Kelompok 6,7, dan 8 akan bertolak hari ini pada jam yang sama. Tidak ada pelepasan karena sudah dilepas secara simbolis kemarin di Asrama Haji Pondok Gede. Tiga kelompok ini langsung ke bandara dan berkumpul di terminal D2.

MENUNGGU: Sebagian jamaah Assuryaniyah bersiap boarding untuk terbang ke Jeddah.

Sebelumnya, Hj Suryani Tahir dalam sambutan pelepasannya mengingatkan ketatnya aturan yang diberlakukan pemerintah Arab Saudi. Masalah muhrim misalnya, harus diatur secara baik, jangan sampai salah. Karena jamaah tidak diizinkan masuk Arab Saudi. Itu terutama bagi jamaah perempuan di bawah usia 40 tahun. “Di sana jamaah tidak boleh dalam posisi masing-masing. Harus didampingi muhrimnya,” kata Hj Suryani Tahir.
Perempuan yang pernah dijuluki Singa Podium ­–saat aktif di PPP dan DPR RI­­­- ini mengatakan, umrah adalah ibadah dalam ajaran Islam yang sangat bermakna. Di sana jamaah akan melakukan ziarah ke tampat-tempat bersejarah. Seolah melakukan napak tilas seperti yang dilakukan Rasullah di sama hidup. “Jadi sungguh berbahagialah bagi kita semua yang telah diberi kesempatan ikut umrah ini,” katanya.
Dra Suryani Tahir menghimbau agar jamaah banyak-banyak melakukan ibadah di sana. Memperbanyak ibadah adalah jalan menuju keridhaan-Nya. Apalagi ibadah yang dilakukan ini benar-benar sangat afdol karena langsung di Tanah Haram.
Sementara itu, HM Syami, mengatakan rombongan kelompok 1, 2, 3, 4, dan 5 ini akan lebih awal bertolak ke Madinah. Hitungannya, mungkin begitu membaca berita ini, para jamaah tersebut sudah di Madinah. Sebab, dari Jeddah ke Madinah akan ditempuh sekitar 5 jam dengan bus. “Kalau tidak ada halangan besok pagi (hari ini, Red) mereka sudah sampai,” kata Syami.
Di Madinah, ke-229 jamaah Assuryaniyah ini akan menetap selama 3 hari. Dari agenda yang ada, jamaah akan memperbanyak ibadah di Masjid Nabawi, yang dikenal sebagai masjid-nya Rasullullah. Di tengah ibadah itu, jamaah juga akan dirahkan ziarah ke tempa-tempat bersejarah. Seperti di makam Nabi Muhammad saw, makam sahabat, ke Masjid Quba, Makam Uhud, Masjid Qiblatain, Masjid Khandak, dan ke kebun kurma.
Tahun lalu, program umrah reguler Assuryaniyah dimulai dari Jeddah-Mekkah-Madinah. Artinya, tahun lalu inti ibadah umrah langsung dimulai beberapa saat setelah tiba di Tanah Haram, Mekkah. Tahun ini, prosesi dimulai dari ziarah yang banyak di Madinah, baru kemudian ke Mekkah untuk melakukan tawaf, sai, dan tahallul. Jadi, ada pemanasan sebelum masuk inti ibadah. (*)

03 Mei 2008

UMROH BERSAMA ASSURYANIYAH 2007 (2)

Tahun 2007 lalu, saya diberi kesempatan ikut ibadah umroh bersama jamaah Assuryaniyah. Situasi dan suasana beribadah di Arab Saudi harus saya laporkan agar keluarga jamaah di tanah air bisa mengikuti perkembangannya di Arab Saudi. Berikut seri kedua laporan saya yang telah dimuat di Indo.Pos pada pertengahan April 2007.

Perbanyak Ziarah Dulu, Baru Masuk Inti Umroh

ADA delapan kelompok jamaah umroh yang diberangkatkan PT Assuryaniyah. Delapan kelompok ini dibagi dua keloter, masing-masing berangkat pada 15 dan 16 April 2007. Menurut Dirut PT Assuryaniyah, HM Sami, semua calon jamaah umroh yang terdaftar sudah siap terbang, termasuk saya. Tidak ada yang berhalangan. “Tinggal berangkat," katanya.

BERSAMA KELUARGA: Sebagian dari jamaah umroh Assuryaniyah menerima penjelasan dari pemandu tentang tatacara beribadah di Tanah Suci nanti.

Para jamaah memang sudah sangat siap. Itu tergambar pada manasik 1 April lalu di Asrama Haji Pondeok Gede Jakarta Timur. Manasik adalah latihan yang dilaksanakan di tanah air. Tapi bagaimanakah situasinya nanti di Arab Saudi? Sama saja seperti tahun sebelumnya. Yang pasti akan padat karena travel lain juga hadir di sana bersama jamaahnya. Akan ramai dan tampaknya akan bergelombang.
Tahun lalu, pada pemberangkatan awal, prosesi ibadah dimulai dari Mekkah untuk selanjutnya Madinah dan balik ke Indonesia. Namun kali ini diawali dari Jeddah, Madinah, dan Mekkah. Itu artinya inti ibadah umroh, yakni tawaf, sai, dan tahallul berada di akhir-akhir perjalanan.
Ada yang mengatakan dengan rute seperti ini jamaah akan kelelahan lebih dulu sebelum memasuki inti ibadah. Namun pendapat lain mengatakan, dengan ziarah di banyak tempat di Madinah seakan menjadi ‘pemanasan’ sebelum tawaf, sai, dan tahallul. Jadi sama saja sebenarnya dengan rute yang diawali dari Mekkah.
Memang, tiga hari pertama akan dihabiskan di Madinah. Di sana jamaah memperbanyak ibadah, ziarah, sholat wajib-sunnah di Masjid Nabawi. Ziarah ke Majid Quba, Jabal Uhud, Masjid Qiblatain, dan melintasi Masjid Tujuh (Khandak), dan terakhir di kebun kurma, sebelum bertolak ke Mekkah.
Saat berangkat ke Mekkah inilah inti umroh sebenarnya sudah dimulai. Dari shalat dhuhur dan ashar (jama’) lalu ganti pakaian dengan mengenakan pakaian ihram. Dalam perjalanan ke Mekkah jamaah akan singgah dulu di Bier Ali (letaknya 12 km selepas Madinah) untuk mengambil miqot. Banyak pula baru di Bier Ali yang mengganti pakaian ihramnya. Makanya miqot disebut pula tempat mengambil berniat umroh dengan mengganti pakaian ihram.
Selain di Bier Ali, masih ada tempat untuk mengambil miqot, yaitu di Ji’ronah. Perjalanan Madinah-Mekkah boleh dikata cukup melelahkan. Di antara itu, jamaah singgah shalat magrib dan isya di perjalanan. Sesuai jadwal, tiba di Mekkah pada jam 11 malam. Masuk hotel dulu, baru ke Masjidil Haram untuk tawaf, sai, dan tahallul.
Umroh belum berakhir di sini. Sebenarnya masih ada umroh sunat yang dimulai dari miqot di Masjid Ji’ronah. Lalu memperbanyak ibadah dengan shalat wajib dan sunat di Masjidil Haram. Jika ingin ziarah, masih ada kesempatan mengunjungi Jabal Tsur, Jabal Nur, Arafah, Jabal Rahmah, Mina, Muzdalifah, dan sebagainya. Jangan lupa ke Pasar Seng, pasar tradisionil yang terletak di dekat Masjidil Haram.
Menurut jadwal, jamaah Assuryaniyah juga akan melakukan tawaf wada di Masjidil Haram. Ibadah ini dilakukan sebagai penutup tawaf di depan Kakbah sebelum bertolak pulang ke tanah air dengan kembali ke Jeddah lagi. Di Madinah ada acara bebas, siapa tahu masih mau beli oleh-oleh. (bersambung)