03 Januari 2009

Sensasi Spa Sauna di Acropolis (3-Habis)

PENGGEREBEKAN spa di beberapa hotel berbintang beberapa waktu lalu di Jakarta karena selain perdagangan wanita, juga karena adanya layanan plus plus dari para pemijatnya. Luar biasa karena ada praktik prostitusi di balik perawatan tubuh di hotel-hotel mewah tersebut. Saya pun mencurigai jangan-jangan di Sheraton Media Hotel ini ada sindikat perdagangan wanita atau praktik esek-esek. Sampai di ruang rileks, saya belum melihat tanda-tanda itu.
 Dari Mas Bambang saya diberitahu santai dululah. Sebab, petugas pemijitnya masih menyiapkan diri. Tiap satu tamu dilayani seorang wanita pemijat professional. Jadi nanti di depan pintu ruang massage akan disambut seorang wanita pemijat. Betul saya disambut wanita ayu bernama Yuli. Pakaiannya rapi, warna abu-abu dari bahan kain dipadu celana panjang biru. Orangnya ramah dan paham yang namanya semua jenis massage.

DI AIR PANAS: Bercanda di dalam kolam air panas Arcropolis Spa & Threatment Hotel Sheraton Media

 Sambil diurut saya justru banyak bertanya. Misalnya asal dari mana, tinggal di mana, dan sudah berapa lama kerja di Sheraton Media Hotel; dapat pengetahuan perawatan tubuh di mana sehingga bisa diterima bekerja di Sheraton Media. Dan banyak lagi pertanyaan saya. Juga pertanyaan menyelidik seperti tahu tidak hotel mewah yang pernah digerebek di Jakarta. Dia tidak tahu. Mungkin jarang baca koran atau nonton berita di TV atau juga karena memang bukan pekerja seperti di hotel-hotel mewah itu.
 Di hotel yang digerebek itu justru pekerjanya ada dari mancanegara. Menurut berita, pekerjanya ada dari Uzbekistan, China yang laris disebut cungkok (singkatan dari Petcung Tiongkok). Ada pula dari negara yang terkenal dengan lokasi prostitusinya di Pattaya, yaitu Thailand. Semua disediakan di sana. Namun semua pekerja pemijat di Sheraton Media Hotel adalah asli Indonesia dengan pendidikan minimal SMP. Yuli misalnya tidak tamat SMA karena di tengah jalan memilih kursus untuk cepat mendapatkan pekerjaan.

SEBELUM PIJAT TRADISIONIL: Rileks dulu di ruang sebelah sebelum dipijat. Semua dalam paket spa sauna di Acropolis Spa & Threatment Sheraton Media.
 
 Masih di ruang massage, saya terus bertanya. Yuli juga melayani dengan jawaban-jawaban yang bagus. Misalnya jenis-jenis massage yang disiapkan pihak hotel. Mulailah dia menyebut 
pijat tradisionil, pijat shiatsu, pijat refleksi, dan perawatan akupuntur. Pernah tidak diminta sama bos untuk melayani tamu untuk esek-esek walaupun dibayar tinggi? Tidak katanya. Tidak juga atas kemauan sendiri melayani tamu untuk mendapatkan bayaran. Kadang tamu memaksa, namun semua pekerja menolak. 
Pijat belum selesai tapi batas waktu 1 jam sudah selesai. Yuli minta apa mau tambah waktu, saya bilang cukup. Saya keluar, mandi, lalu ganti pakaian. Kemudian meninggalkan Acropolis. 
 Usai perawatan, saya bertiga diajak turun ke lantai loby. Diajak sama Pak Bambang ngobrol di cafĂ© hotel. Tak lama Mbak Maria Dewi datang. Kami bercerita sambil menikmati kue tradisional khas hotel dan segelas cokelat panas. Banyak cerita, banyak pengalaman. Pertanyaan bahwa spa di hampir semua hotel berbintang melayani pijak plus, terbantahkan.
Sheraton Media Hotel salah satunya yang ‘bersih’ dari praktik prostitusi tersebut. Itu juga karena pemilik hotel ini adalah tokoh nasional, tokoh politik dan salah satu petinggi Partai Golkar. Alangkah gilanya kalau Surya Paloh hanya dengan bisnis seperti itu merusak reputasinya sebagai tokoh yang berasal dari Aceh.
Lewat isya, kami akhirnya meninggalkan Sheraton Media Hotel dengan membawa banyak catatan untuk saya tulis. (*)