SEPERTI apakah tulisan Deri Ahirianto sehingga Hercules dan kawan-kawannya itu bisa seperti itu terhadap Indo.Pos? Faktanya, ada miskomunikasi wartawan dengan Hercules. Wartawan mengaku mewawancarai Hercules, namun Herculesnya menyatakan tidak pernah. Kalau pun ngomong dengan Deri, menurut Hercules, itu bukan untuk wawancara.
Dilihat dari foto di tulisan itu, benar Deri ada di sekitar Hercules. Saat itu Hercules menghadiri acara Forkabi. Hercules duduk di depan, dan saat itulah Deri mengambil gambarnya. Foto Hercules itu dimuat dalam tulisan. Deri memang sempat ngomong-ngomong dengan tokoh pemuda dari Timor Timur itu. Sayangnya terjadi kesalahpahaman tadi.
Itulah yang ikut membuat Hercules marah, ditambah lagi tulisan itu sedikit mengusik eksistensi dirinya di Tanah Abang. Hercules menurut ulasan Deri tidak lagi berkuasa di kawasan pasar grosir terbesar tersebut. Hercules disebut seolah terusir dari sana setelah beberapa ormas pemuda lokal didirikan. Di sini Hercules marah lantaran dirinya seolah disamakan dengan kelompok preman. Dia tidak mau disebut demikian.
"Siapa yang preman. Saya bukan preman, saya malah melindungi masyarakat dan banyak membantu masyarakat. Memberikan sumbangan kepada masyarakat," kata Hercules berapi-api saat di ruang redaksi Indo.Pos. Dia malah memperlihatkan surat penunjukkan dirinya dari Tim Sukses SBY untuk membantu pemenangan SBYpada pilpres 2004. Apa yang diakui Hercules ada benarnya. Sisi humanis dan sosial Hercules cukup tinggi. Dia tak henti menggalang bantuan sosial bagi korban bencana. Tsunami di Aceh, gempa dan tsunami di Jogja dan Pangandaran buktinya. Dia bahkan mengajak Indo.Pos ikut meliput bakti sosialnya. Jauh sebelum itu, dia pun banyak terlibat dalam aksi-aksi sosial di Tanah Abang. Tidak heran kalau Hercules menjadi dewan pembina Forkabi.
Di kawasan Pasar Tanah Abang, apalagi. Dia memang cukup dikenal. Tapi sejak sudah tujuh tahun lamanya Hercules meninggalkan kawasan tersebut. Itulah sebabnya, ketika Hercules dikait-kaitkan lagi di sana, dia marah bukan kepalang. Deri sebenarnya menulis apa adanya. Juga pernyataan Hercules yang sudah 7 tahun meninggalkan Tenabang.
LENGANG: Suasana salah satu sudut ruang redaksi Indo.Pos setelah ditinggalkan awaknya usai naik cetak dan pasca kejadian.
Dalam tulisan, Deri juga menyebut Hercules kini lebih santun. Itu pula yang ikut memicu kemarahan. Seolah-olah sang pemuda itu hidupnya galak, tidak berperikemanusiaan dan semacamnya. Itu dibantah keras. Namun, Deri punya alasan karena dalam tulisannya itu juga menyebut Hercules telah banyak mendekatkan diri pada Tuhan. Apalagi dia sudah masuk Islam. Sayangnya, keterangan ini tidak didapat dari Hercules, tapi ungkapan dari orang dekat Hercules. Begitulah, akhirnya Indo.Pos secara jujur mengakui ada misunderstanding dalam wawancara itu. Indo.Pos memuat klarifikasinya yang, dengan itu, menjadi jalan masuk untuk melakukan perdamaian. Dan itu dimungkinkan oleh UU. Kami sebenarnya menuntut pelaksanaan UU Pers, namun kepolisian justru memproses Hercules dan kawan-kawan berdasarkan KUHP.
Tapi bagaimana pun, kejadian dengan Hercules cukup menyita banyak perhatian. Teman-teman dari daerah banyak bertanya. Saya katakan, itulah risiko sebuah kebebasan pers. Sesuatu yang diperjuangkan, namun tak sedikit menjadi bumerang.