Kun Fayakun sebenarnya adalah tema dakwah Ustad Yusuf Mansur. Tema inilah yang terus digaungkan sampai akhirnya mendapat petunjuk membuat filmnya.
Oleh SYAHRIR LANTONI
YUSUF Mansur memang tak main-main dalam pembuatan Film Kun Fayakun. Itu diakuinya sendiri, karena inilah bagian dari dakwah yang harus dijalankannya. Dia tak ragu menyebut Kun Fayakun menghabiskan biaya total Rp 6 miliar.
Biaya itu dipakai mulai dari perencanaan, penggarapan sekenario sampai dengan biaya promosinya, termasuk pula untuk membayar honor kru dan kontrak sederet artis pendukung. Yang menarik, para krunya harus ikut merefleksikan Kun Fayakun. Misalnya salat berjamaah, doa, dan dzikir agar bisa meraih apa yang diimpikan dalam film ini. Salat, doa, dzikir, dan ihtiar itu dipimpin Ustad Yusuf Mansur.
“Prinsip-prinsip kerja Kun Fayakun itu dijalankan di film ini. Bagaimana sebelum para kru memegang alat, mereka salat duha dulu. Bagaimana ketika dhuhur, ashar berkumandang, mereka berhenti dulu. Salat berjamaah. Make up yang sudah dipakai harus hapus dulu, salat dulu,” katanya.
Doa, dzikir, dan ihtiar adalah inti dari Kun Fayakun. Dari sini kekuatan film ini dibangun untuk mengalahkan pesimisme, keputusasaan sebagaimana yang menjadi realita sehari-hari masyarakat. Film ini merupakan proyek pamungkas dari kegiatan roadshow Ustad Yusuf Masur dengan judul sama selama Januari-April 2008.
Kun Fayakun yang disutradarai Guntur Novaris ini dibintangi sederat artis ternama. Seperti Zaskia Adya Mecca, Agus Kuncoro, Desy Ratnasari, dan Firda Razak. Juga ada nama-nama beken seperti Ustad Jeffry, Andre Stinky, dan Jamal Mirdad. Produsernya adalah Donny Ramadhan.
“Jadi film ini membangun keoptimisan, bahwa tidak ada yang lebih besar daripada kebesaran Allah, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, berpikir positif, dan lebih melihat ke depan daripada ke belakang, lebih melihat peluang daripada masalah. Itulah Kun Fayakun,” kata Ustad Yusuf Mansur.
DUA KALI: Cipika cipiki dengan Presiden SBY ketika diterima di Istana Negara.
Lulusan terbaik Madrasah Aliyah Negeri 1 Grogol, Jakarta Barat, tahun 1992 ini paham betul bahwa meledaknya film religi Ayat-Ayat Cinta menjadi momentum perubahan trend di dunia perfileman. Film bertema horor, percintaan, remaja, dan action, tak selamanya menjadi pilihan. Tema-tema seperti itu hanya membangun ilusi, dan kekerasaan.
Sebaliknya, pria yang menikah dengan Siti Maemunah dan telah dikaruniai tiga orang anak ini menyaksikan sendiri bagaimana membeludaknya penonton Ayat-Ayat Cinta dan Kun Fayakun. Di daerah-daerah apalagi.
Buktinya, di daerah-daerah sangat luar biasa. Penonton Kun Fayakun berjubel. Di Banjarmasin satu bulan ke depan sudah full booking, di Solo sampai dua minggu ke depan sudah tidak ada tiket. “Di Makassar, ada kawan namanya Irianto Baso Ence menyampaikan punya 41 ribu anggota pengajian semua nonton film itu. Tanggal 3 Mei saya ke Makassar lagi,” katanya.
Tak hanya itu, di Bandung juga luar biasa. rumah teater full booking tiap hari. “Saya bersyukur bahwa ini berita gembira buat perfileman tanah air, bahwa ada film lain yang tidak bertema horor melulu. Ini menggembirakan bagi film-film religi,” pungkasnya.
Keterlibatan Ustad Yusuf Mansur dengan tayangan religi bukan kali ini saja. Sinetronnya, Maha Kasih, yang digarap Wisata Hati bersama SinemArt, cukup sukses. Sebelumnya, di awal karirnya Yusuf Mansur telah menulis buku Wisata Hati Mencari Tuhan Yang Hilang. Buku itu terinspirasi oleh pengalamannya di penjara saat rindu pada orang tua. Buku itu mendapat sambutan luar biasa.
Dari Yusuf Ibrahim, produser dari label PT Virgo Ramayana Record, putra dari pasangan Betawi yang berkecukupan –Abdurrahman Mimbar dan Humrif'ah– ini meluncurkan kaset Tausiah Kun Fayakun, The Power of Giving, dan Keluarga.
Terakhir, melalui Wisata Hati, dia menyediakan layanan SMS Kun Fayakuun untuk menemukan jawaban atas problem-problem hidup yang dialami umat Islam. (*)