SEBENARNYA diam-diam ada persaingan antara Kendari Ekspres dengan Kendari Pos. Maklum, anak-anak Kendari Pos yang terpaksa hengkang ke Kendari Ekspres menyimpan 'dendam'. Tapi dendamnya positif. Mereka bertekat menjadi yang terbaik. Apalagi yang pindah ke Kendari Ekspres dianggap hanyalah SDM kelas 2. Yang kelas 1 tentulah Kendari Pos, apalagi koran ini lebih dulu hadir di Sultra.
Rivalitas memang tak terhindari. Kendari Pos dan Kendari Ekspres selalu saja mau 'perang' satu sama lain. Dalam liputan, dalam pemasaran, bahkan dalam berlomba membuat event. Satu event besar sukses dilaksanakan Kendari Ekspres yang mungkin tidak dapat dilakukan Kendari Pos, yakni mengadakan konser tunggal Grup Band Sheila On Seven. Apalagi, Kendari Ekspres saat itu masih terbit secara mingguan. Menariknya lagi, konser itu terselenggara di tengah adanya pihak-pihak tertentu yang ingin memboikot.
Ya, ada yang ingin menggagalkan konser itu melalui Wakil Gubernur Sultra Husein Effendi (waktu itu). Saya tidak yakin persis apakah ini terkait dengan rivalitas antara Kendari Pos dengan Kendari Ekspres, tapi memang saya selaku orang nomor 1 di Kendari Ekspres menjadi malu jika konser atas kerjasama dengan pengusaha showbiz Rafsel Ali (menantu Alwi Hamu) itu gagal.
Konser Sheila On Seven rencananya digelar di Stadion Lakidende Kendari. Izin dan persyaratan sudah dipenuhi. Artinya tinggal pasang panggung bersistem knock down yang didatangkan dari Surabaya. Stadion Lakidende adalah home base Persatuan Sepakbola Kendari (PSK), sementara stadion itu di bawah pengelolaan Pemda Sultra. Pengelolalanya bertanggungjawab langsung kepada wakil gubernur.
Personel Sheila on Seven meninjau stadiun sebelum tampil dalam salah satu kongsernya di Indonesia.
Husein Effendi, selain wakil gubernur, dia juga adalah Ketua Komda PSSI Sultra. Komda PSSI Sultra adalah induk teratas dari perserikatan sepakbola Kodya Kendari selaku pemilik PSK. Kalau dilihat jabatan Husein Effendi, maka boleh dikata dia menguasai penuh stadion tersebut. Baik dia sebagai wagub, maupun selaku ketua PSSI Sultra. Entah siapa yang ngompori, tiba-tiba dia mencabut izin pemakaian stadion yang sudah saya kantongi untuk pertunjukan Sheila On Seven.
Saya tersentak. Juga tidak habis pikir mengapa Wagub Sultra waktu itu begitu mudah dipengaruhi orang. Segera saya diskusikan dengan pengacara Kendari Ekspres Baso Sumange Rellung SH. Pak Baso termasuk cukup dekat dengan Pak Husein Effendi. Pak Baso mengernyitkan alisnya tanda heran. Dia juga tidak habis pikir mengapa Bapak Husein Effendi begitu. Alasan yang kami terima adalah stadion itu mau dipakai PSK untuk latihan. Begitu mendadak-kah? tanya saya.
Seolah PSK dipaksa berlatih di stadion itu agar konser Sheila On Seven batal. Lagi pula sebelumnya saya tidak melihat PSK giat-giatnya latihan. Saya tahu seperti apa PSK, karena saya adalah sekretaris di perserikatan tersebut bersama Pak Mujahid. Jadi mengapa tiba-tiba PSK mau latihan? Ibu Astian dan Indarwati, project officer konser, terlihat sudah putus asa. Keduanya sudah menemui Ibu Norma, istri Gubernur La Ode Kaimuddin, agar dibantu. Iya, janjinya.
Dua hari sebelum hari H, stadion masih tertutup bagi Kendari Ekspres untuk konser. Wagub kembali memberikan alasan lain. Iya, tidak untuk latihan, tapi PSK di hari yang sama akan uji coba dengan klub lain di Lakidende. Wah, ini mendadak lagi. Di luar stadion, peralatan panggung dan sound sistem tertahan. Tidak boleh masuk untuk dipasang. Kami kelimpungan hingga H-1. Di hari H-1 itu, panggung masih tertahan. Tiga kontainer menunggu diloloskan masuk. Saya dan Pak Baso akhirnya ke kantor Gubernur. Di tangga naik, saya bagi tugas. Saya ke ruang kerja Gubernur, Baso ke ruang kerja Wagub. Tegang campur was was, rasanya.
Benar, kalau gagal sayalah yang paling menanggung malu. Tiket sudah terbagi semua, laris manis. Pembaca Kendari Ekspres pun telah memberikan apresiasi atas penyelenggaraan konser So7 tersebut. Mereka tinggal menunggu hari H-nya. Tapi itu tadi, saya tersandung oleh Wakil Gubernur dan Ketua PSSI Sultra, Bapak Husein Effendi. (bersambung)