07 Agustus 2007

Membidani Berdirinya Kendari Ekspres




SATU surat kabar lainnya yang berada di bawah payung Jawa Pos Group adalah Kendari Ekspres. Kendari Ekspres adalah koran kedua setelah Kendari Pos. Surat kabar ini mulai dirancang sejak 1999 oleh Alwi Hamu, Direktur Pengembangan Anak Perusahaan Jawa Pos Grup. Alwi yang kini koordinator staf khusus Wapres Jusuf Kalla memanggil saya untuk membicarakan rencana pendirian Kendari Ekspres. Dipanggil pula Sultan Eka Putra untuk membicarakannya.
Pembicaraan dilakukan bertiga di Hotel Aden, Kendari. Banyak nama yang muncul, namun Alwi Hamu memutuskan memakai nama Kendari Ekspres. Format, content, dan segmennya juga diputuskan. Semua kebutuhan seperti kantor dan segala isinya akan diinvestasi dari Harian FAJAR. Alwi menggaransi Kendari Ekspres akan terbit secepatnya.
Sementara Pak Alwi mendelegasikan ke Harian FAJAR untuk mengurus akte perseroannya, saya dan Sultan langsung gerak cepat juga. Kebetulan saya berdua waktu itu sedang tekun-tekunnya mengelola Tabloid ProDemokrasi (ProDem), sehingga ada fasilitas dan SDM yang bisa saya manfaatkan. Format dan isinya saya rancang sendiri dengan membuat print out-nya seukuran A4, masing-masing halaman. Banner dan font-nya juga saya bikinkan simulasi agar didapat yang ideal.
Bersyukur saya mahir program PageMaker dan Photoshop, sehingga rancangan isi dan desain Kendari Ekspres saya buat sendiri sambil mendiskusikan dengan Sultan Eka Putra dan teman-teman lain. Rancangan sudah, font sudah, dan content-nya pun telah oke. Outline-nya sudah ada. Kini yang dibutuhkan bagaimana menerbitkannya. Tapi sebelum itu saya harus konfirmasi aktenya seperti apa, siapa direksinya, dan seterusnya.
Yang aku ingat waktu itu saya ikut bertandatangan akte bersama Alwi Hamu, Syamsu Nur, Dahlan Iskan, dan Mahtum Mastoem (alm). Dari keempatnya tersusun siapa direksi dan komisarisnya. Untuk lebih pasnya, saya masih harus menanyakan Pak Alwi. Misalnya siapa pemimpin umum, siapa pemimpin redaksi-nya, dan siapa pemimpin perusahaannya. Dari Pak Alwi ada gambaran saya jadi pemimpin umum dan pemimpin redaksi. Sultan pemimpin perusahaan. Tapi belakangan Sultan Eka Putra ditarik ke Harian FAJAR.
Dari gerak cepat saya ada harapan kalau koran ini bisa diterbitkan secepatnya. Lebih lagi karena kantor sudah saya siapkan, yaitu ruko 3 lantai milik istri saya. Pengaturannya nanti, ProDem di lantai 3 dan Kendari Ekspres di lantai 2. Istri setuju, namun ProDem merasa saya abaikan. Akhirnya, sambil menunggu 'modal', kami jalan terus dengan mencoba terbit secara mingguan dulu. Cetaknya bukan di Kendari Pos tapi di Harian FAJAR Makassar. Terbit mingguan berlangsung beberapa bulan. Bahkan dalam rentang itu, Kendari Ekspres mengalami kasus gugatan dari Kapolda Sultra Kol Pol Drs Amir Iskandar Panji. Dia keberatan diberitakan menerima upeti Rp 3 juta per bulan dari hasil operasi narkoba. Kasusnya heboh, sampai-sampai DPRD turun tangan melakukan 2 kali hearing. Soal ini akan saya ceritakan berikutnya.

Lomba karaoke adalah salah satu kegiatan koran kendari ekspres। Saat masih mingguan, Kendari Ekspres sudah mengadakan berbagai kegiatan। Selain lomba karaoke di atas, juga sukses mendatangkan Grup Band Sheila on Seven untuk konser di stadion sepakbola Lakidende Kendari


Kasus Kapolda berakhir, Kendari Ekspres menerima kiriman komputer dan perlengkapan lainnya dari Harian FAJAR. Ini tanda bahwa Kendari Ekspres segera terbit secara harian. Tahun berganti sampai akhirnya Pak Alwi dan Pak Syamsu Nur datang untuk memastikan kesiapan kami. Rapat memastikan Kendari Ekspres segera go menjadi harian.
Hari-hari pertama terbit secara harian cukup berat. Kendari Ekpsres harus kuat melakukan penetrasi pasar harian yang sudah didominasi Kendari Pos. Namun begitu, pembaca setia Kendari Ekspres cukup banyak, sehingga ada pasar tersendiri yang terus dibina. Kesan Kendari Ekspres adalah koran kedua di Kendari, memang benar. Namun ada tekad dari pengelola untuk membalikkan keadaan menjadi koran nomor satu.
Untuk itu saya menyiapkan motto yang menjadi pegangan teman-teman. Motto ini saya jadikan wallpaper di semua komputer redaksi. Mottonya adalah “Mata Bagi Sejuta Rakyat, Kata Bagi Sejuta Rakyat, dan Hati Bagi Sejuta Rakyat”. Entah apakah motto ini masih dipakai, namun edisi terakhir yang saya baca di Jakarta format Kendari Ekspres yang ada sekarang nyaris tidak ada perubahan dari sejak terbit pertama.
Entah mengapa sudah 7 tahun tidak berubah-berubah juga, sementara situasi dan kondisi terus mengalami perubahan yang cukup pesat. Kendari Ekspres tidak berubah di tengah perubahan, padahal kita tahu bertahan di tengah perubahan dan tuntutan perkembangan sama halnya kemunduran. Awaknya terlihat kerja keras tapi hasilnya jalan di tempat. Akibatnya muncul rasa capek, jenuh, karena tidak ada kemajuan, dan akhirnya kehilangan motivasi.