08 Juni 2008

UMROH BERSAMA ASSURYANIYAH 2007 (11 - Habis)

Hari Ini Satu Menyusul Tiba di Tanah Air

Hampir semua jamaah program umrah dalam rangka milad ke-34 Assuryaniyah tiba di tanah air. Kemarin adalah keloter terakhir dari 365 jamaah. Hanya satu yang masih tertinggal, namun hari ini dipastikan tiba di Cengkareng.
Tujuh malam di Arab Saudi rasanya sangat singkat. Masih ada ratusan doa yang belum dimunajatkan. Namun begitu, perjalanan umrah harus berakhir hari ini di saat semua tiba di Cengkareng, kemarin. Sehari sebelumnya 228 jamaah sudah tiba dengan Garuda Indonesia Airways (GIA). Seharusnya 229, namun seorang ditinggal lantaran passportnya terbawa teman sendiri. Passport dan barang sudah tiba di Jakarta, pemiliknya, Hj Zawalis, tertahan di Jeddah.

TOKO INDONESIA: Di kawasan Pusat Perbelanjaan Chornice ada toko Indonesia yang menjual berbagai macam karpet, sajadah, parfum, kacang Arab, kurma, dll. Jamaah pasti ke toko-toko ini sebelum pulang ke tanah air. Saya tak ketinggalan berbelanja di sini, namun foto dulu sebelum masuk.

Kemarin sebanyak 137 jamaah sudah mendarat. Di dalamnya ikut Hj Zawalis. Maklum passportnya yang terbawa teman sudah dibawa langsung staf PT Assuryaniyah ke Jeddah, Minggu malam. Tanggung jawab Assuryaniyah kembali diperlihatkan di sini. Sementara satu lagi yang tertinggal di Mekkah, kemarin juga sudah bertolak ke Bandara King Abdul Aziz di Jeddah. Subakir diperkirakan tiba di Cengkareng hari ini.
Banyak ibadah dan banyak cerita dari sana. Misalnya PT Assuryaniyah menjadi travel haji dan umrah cukup dikenal luas di sana. Hotel-hotel bintang dan dekat dengan pusat peribadatan kenal benar dengan PT Assuryaniyah. Perusahaan yang didirikan ‘Si Singa Podium’ Hj Suryani Tahir itu dikenal selalu terbanyak jamaahnya masuk ke Arab. Itu karena mereka punya banyak program. Selain milad tiap tahun, juga ada umroh plus, umroh keluarga, dan paket nikah di Mekkah. Tak heran kalau kerjasamanya dengan hotel-hotel di sana cukup bagus. Buktinya, semua hotel yang ditempati paling jauh hanya 400 meter dari Masjid Nabawi atau Masjidil Haram.

BELANJA DI CHORNICE: Jelang keberangkatan pulang, saya masih sempat keliling di pusat perbelanjaan Chornice di Kota Jeddah.

Dari sisi pemanduan, semua tersedia. Assuryaniyah menggunakan banyak tenaga-tenaga lokal asal Indonesia. Tenaga ini adalah pelajar atau tokoh agama yang sudah lama menetap di Arab Saudi. Tak sulit mereka menjelaskan tempat-tempat bersejarah di sana. Jamaah puas, dan mengerti prosedur ibadah.
Tenaga-tenaga ini juga bisa menjadi guide, misalnya mengantar jamaah untuk berbelanja, mencari tempat-tempat penjualan barang-barang tertentu. Seperti ketika saya harus pontang-panting cari internet. Dia tahu mana internet yang murah, mana yang ‘lelet’. Saya, jika mencari sendiri harus membayar mahal, 20 riyalas per jam. Itu di Aziziah, namanya cafe internet. Tapi dengan dia, dapat 10 riyals per jam. Akses-nya cepat pula.

JAMAAH LAIN: Saya (kiri) bersama Dery dan jamaah umroh dari travel lain saat berbelanja di Jeddah.

Cerita tentang oleh-oleh dan belanjaan tak bakal habis. Sudah menjadi rahasia umum kalau orang Indonesia berhaji-umrah selalu identik dengan shopping. Sangat konsumtif. Mereka tak bisa disalahkan juga, karena ada pandangan bahwa apa pun yang dibeli di tanah Arab berkahnya banyak. Apalagi jika dibagi-bagikan kepada kerabat di tanah air. Kerabat di tanah air pun berpandangan sama. Oleh-oleh apa saja ada berkahnya, bahkan bisa menjadi daya magnit agar bisa naik haji atau umroh.
Belanjaan yang pertama-tama dicari adalah makanan khas di sana. Itu kurma.Hampir sama nilainya dengan air zam-zam. Kemudian perhiasan-perhiasan, baik emas, perak, batu permata maupun perhiasan imitasi. Lalu parfum, kemudian wadah-wadah berwarna keemasan atau betuliskan al Quran. Gift set seperti miniatur Kakbah, gambar miniatur Masjid Nabawi, Masjidil Haram, Masjid Quba, dan gambar-gambar dengan lafaz Allah dan Muhammad.


NGOPI DI KING ABDUL AZIZ: Menunggu keberangkatan pulang, saya dan Akbar Muslim ngopi santai dulu.

Lebihnya kain, mainan anak-anak, penghias wajah seperti daun pacar yang sudah dikemas dalam tube. Ramuan pemercantik mata seperti cilla’ atau sejenisnya. Kalau masih ada modal, pilih produk-produk non Arab yang kebanyakan bisa dibeli di Jeddah. Jamaah Assuryaniyah sempat menikmati pusat perbelanjaan terbesar di Jeddah, yaitu Corniche Trade Center. Di sana ada toko khusus Indonesia, namanya Toko Amir dan Toko Ali. Kedua toko ini menjual macam-macam parfum, kurma, sajadah kualitas tinggi, dan makanan-makanan khas Indonesia seperti jambu mete.
Namun yang sulit ditemukan adalah kaos oblong dengan simbol-simbol negara Arab Saudi, misalnya lambang negara Arab Saudi atau ikon khas di sana. Maklum penduduk Jeddah sudah berbaur muslim dan nonmuslim. Gaya hidup di sana pun sudah western alias kebarat-baratan. Kaos, jeans dan semacamnya kebanyakan import. Jam tangan semua dari Eropa, Amerika dan Jepang.
Derry, Ginanjar, dan Eman dari Grup Empat Sekawan tak ketinggalan belanja di sini. Derry misalnya memilih model kemeja terbaru yang tampak seperti pakaian soft cowboy, jahitannya seolah mau lepas, namun ternyata tetap aman karena ada lapisannya. “harganya 100 riyals,” katanya. Baju itulah yang dipakai Derry pulang ke tanah air. (*)