14 Juni 2008

Yang Ringan dari Tanah Haram 2007 (1)

Rugi Pakai Mentari, Tak Bisa SMS dan Memanggil

ROMBONGAN jamaah Assuryaniyah sudah kembali berkumpul dengan keluarganya di tanah air. Subakir Mustaji yang sempat tertahan di Mekkah juga sudah tiba. Banyak kesan, banyak cerita lucu. Inilah yang ringan-ringan dari tanah haram tersebut yang disampaikan dengan gaya bertutur saya.
Sambil menyelam minum air. Begitulah saya. Selain ikut beribadah, juga melaporkan perkembangan jamaah umrah PT Assuryaniyah Cipta Pratama dari Arab Saudi. Saya dan Akbar memang sudah siap luar dalam. Siap umrah, siap pula melakukan liputan dari Arab Saudi dan tiba kembali dengan selamat di tanah air.

DI DEPAN DALLAH TAIBAH: Pagi sebelum ziarah ke beberapa tempat-tempat bersejarah, berpose dulu di depan Hotel Dallah Taibah tempat saya menginap. Hotel ini hanya menyeberang jalan sudah sampai di komplek Masjid Nabawi. Di latarbelakang sebuah minimarket, di situlah saya membeli kartu GSM nomor lokal yang plug and play.

Sebagai alat komunikasi, saya berangkat dengan kartu Mentari dari Indosat. Xplor yang saya pakai diparkir dulu karena roaming internasional tidak bisa dibuka, kecuali deposit Rp 1,5 juta. Di tanah air, saya diberi penjelasan mengenai tatacara memanggil dan berkirim SMS. Kode dan cara pemanggilan saya simpan di notes handphone. Sehari sebelum terbang aktivasi roaming internasional dilakukan dengan proses 24 jam pasti aktif.
Perkiraan saya, setiba di Jeddah Arab Saudi kartu itu sudah aktif. Saya dan rombongan berangkat tanggal 16 April 2007 dengan waktu tempuh 9 jam 20 menit. Artinya setiba di Jeddah kartu itu sudah ready. Apalagi sudah terisi pulsa Rp 300 ribu. Namun magrib pada saat tiba belum juga aktif. Besoknya baru ada notifikasi melalui SMS yang menyatakan “Selamat menikmati perjalanan, Mentari roaming di 32 negara. Silakan hubungi contact center Indosat +622154388888.”

DI ANTARA PERTOKOAN: Keluar dari komplek Masjid Nabawi akan bertemu dengan deretan pertokoan serta hotel. Saya berdiri depan sebuah toko dengan latar belakang Masjid Nabawi.

Akbar sendiri membawa kartu Halo Telkomsel. Langsung bertelepon ria ke Indonesia. Enak, tak ada hambatan. Saya melongo karena Mentari yang saya bawa tak bisa menghubungi siapa pun. SMS pun tidak bisa. Itu pun saya lakukan setelah tulisan Al Jahwal dan Mentari sudah terpampang di layar HP. Artinya kartu sudah siap digunakan. Namun yang terjadi tetap tidak bisa. Katanya, dalam bahasa Arab, nomor yang saya tuju tidak lengkap. Ada apa?
Ke contact center juga menyatakan demikian. Tiba di Madinah Mentari itu tetap tidak bisa digunakan. Kode yang diberikan yakni *100*008<> Di Mekkah saya pun berulang-ulang mencoba memanggil lagi. Juga tidak bisa keluar. Saya coba ke nomor lokal, juga tidak bisa. Aneh. Melalui Akbar, staf penting di Indosat pun menyatakan sistem sudah aktif, namun dia tak paham kode panggilnya. “Kalau soal kode, saya tanya teman dulu,” kata Israruddin, CellularMarketing Communications Indosat, menjawab SMS Akbar.

TANDUS: Inilah lokasi (bukit) Uhud yang dalam sejarah Islam sebagai tempat pertempuran pasukan Rasulullah melawan kaum kuraisyi. Di lokasi ini, komunukasi saya ke Indonesia cukup lancar dengan menggunakan operator GSM Mobily.

Terakhir, melalui Syamsul Rizal, teman sekamar, mencoba mengutak aktik nomor dan kode-kode pangggil Indosat. Maklum dia menggunakan kartu Matrix yang berarti Indosat juga. Tapi hasilnya juga nihil. Mulai saat itulah, saya tak pakai Mentari lagi di Arab Saudi. Cukup pakai nomor lokal dari Mobily. Tinggal isi pulsa 30 riyals atau 60 rilyal. Pulsa 30 riyals dijual 30 riyals juga. Begitu pula pulsa 60 riyals dijual dengan harga sama. Para petinggi Assuryaniyah juga menggunakan nomor lokal dari Mobily.
Seperti HM Syami, Hamdy SA, Lutfey, Cholik dan para pemandunya. Hamdy sendiri nomornya masih dipakai di Indonesia. Berarti Mobily pun bisa roaming internasional sampai ke Indonesia tanpa harus aktivasi dulu.
Saya pertama kali ditawari kartu perdana di suatu kedai minum saat singgah di Rasili, 10 km dari kota Jeddah menuju Madinah. Itu dijual oleh seorang penjaganya. Harganya 85 riyals dengan pulsa 85 riyals juga. Saya tolak karena saya masih berharap Mentari saya bisa aktif saat di Madinah nanti. Tapi di Madinah akhirnya saya kepepet juga, apa boleh buat terpaksa beli di salah satu supermarket.

ANAK MUDA: Panitia dan pengelola PT Assuryaniyah sedang santai sambil berdiskusi di rumah HM Lutfi (membelakangi lensa) di Mekkah. Mereka masih tergolong muda namun sangat profesional dalam mengelola perjalanan umroh. Saya pun (lagi memotret) ikut nimbrung ngobrol-ngobrol dengan mereka.

Promosinya, kartu perdana 100 riyals dengan pulsa 85 riyals. Saya beli tapi tekor juga. Mengapa tidak beli saat di Rasili tadi, harganya cuma 85 riyals dengan pulsa yang dijanjikan 85 riyals pula. Namun tak apa, bedanya hanya 15 riyals, lagi pula supermarketnya cukup menyeberang jalan dari Hotel Dallah Taibah tempat kami menginap. Yang penting lagi, cukup menyeberang jalan ke Masjid Nabawi. (*)