24 Juni 2008

Yang Ringan dari Tanah Haram 2007 (3)

Tak Sadar Handuk Terbawa sampai Usai Tawaf

BANYAK kejadian tak disangka selama menunaikan ibadah umroh. Ini yang cukup menggelikan. Handuk mandi milik hotel terbawa terus hingga selesai tawaf. Yang mendengar cerita ini pun tekekeh-kekeh, kok bisa, katanya. Rombongan umroh PT Assuryaniyah yang 365 orang berangkat dalam dua gelombang. Pertama pada 15 April 2007 sebanyak 229 orang, kedua berangkat sehari sesudahnya dengan jumlah 135 jamaah. Berdasarkan rute, semua jamaah akan start Jeddah-Madinah-Mekkah. Inti ibadah ada di Mekkah dan terakhir di Jeddah sebelum terbang kembali ke Indonesia.
Tiba di Bandara King Abdul Aziz di Jeddah pada saat magrib (dari Jakarta ditempuh 9 jam 20 menit). Belum pulih lelahnya, jamaah sudah harus naik bus ke Madinah selama 5 jam perjalanan. Bayangkan 9 jam duduk di dalam pesawat tambah 5 jam naik bus ke Madinah rasanya memang melelahkan. Tiba di Madinah sudah hampir subuh. Tapi semua kelelahan itu sirna setelah semua bersimpuh di dalam Masjid Nabawi, salat subuh. Inilah salat pertama di Masjid Nabawi. Berikutnya selama 3 hari dua malam dihabiskan di kota tempat Rasulullah wafat itu. Memperbanyak ibadah di Masjidil Haram dan ziarah ke tempat-tempat bersejarah. Jamaah mengunjungi makam Rasulullah yang terdapat di dalam Masjid Nabawi, sekaligus ziarah di makam dua sahabat ­–Abubakar dan Umar bin Khattab- yang tempatnya bersebelahan dengan makam Nabi Muhammad saw.

KULTUM DULU: H Kosasih, pemandu dari Assuryaniyah memberikan pengarahan di Hotel Dallah Taibah di Madinah sebelum menuju Bier Ali mengambil miqot.

Jelang ke Mekkah ada kultum alias kuliah 7 menit oleh KH Kosasih. Di sini dijelaskan rukun umroh, syarat dan larangan-larangannya. Katanya, wajib umroh adalah berihram, tawaf, sai, dan tahallul atau bercukur. Memakai pakaian ihram wajib. Dua potong kain putih harus dikenakan di tubuh, tak boleh ada kain atau bahan lain selain kedua itu. Pakaian dalam pun tak dibolehkan. Kain putih adalah simbol kesucian, sementara tanpa kain lain adalah dianggap telah siap mati, dan mudah proses memakamannya. Tawaf adalah mengelilingi Kakbah sebanyak 7 kali sambil berdoa, sai adalah berjalan dan berlari-lari kecil selama 7 kali antara Bukit Marwah dan Bukit Shafa atau sebaliknya. Terakhir adalah tahallul atau mengunting rambut tanda umroh sah.

BELUM SADAR: Saya ketika baru saja mau meninggalkan Bier Ali menuju Mekkah. Di sisi saya masih belum sadar kalau handuk masih terbawa.

Kamis siang 19 April 2007 semua jamaah berangkat ke Mekkah. Tapi sebelum naik bus harus sudah mengenakan pakaian ihram. Berihram diharapkan badan bersih, sehat dan wangi. Untuk itu harus mandi, pakai minyak, dan sekaligus menanggalkan pakaian dalam. Tubuh hanya boleh ditutupi 2 potong kain putih itu. Di sinilah saya mengalami kejadian yang menggelikan itu. Saya berempat dalam satu kamar. Saya, Akbar, Syamsul Rizal, dan Pak Ollie. Pak Ollie mandi pertama, disusul Sam (Syamsul Rizal). Waktu sudah mepet, Akbar juga mendahului saya mandi. Terakhir saya dapat giliran. Semua ternyata sudah memakai pakaian ihram, tinggal saya yang ditunggu. Buru-buru mandi dan keluar kamar mandi hanya dengan handuk putih milik hotel.

TIDAK LAGI: Ini saat miqot di Tan'im. Yaitu berniat untuk umroh sunnah. Di sini teman-teman mengingatkan jangan sampai handuk terbawa lagi.

Celana dalam saya tinggalkan di kamar mandi. Toh tidak dipakai lagi, juga kami tak balik lagi ke hotel Dallah Taibah Madinah ini. Saya keluar dengan hanya mengenakan handuk. Langsung pakai pakaian ihram. Bagian bawah dulu, lalu kemudian atasannya. Karena buru-buru handuk lupa saya lepas. Itu tak saya sadari sampai 11 jam lamanya. Yaitu satu jam perjalanan ke Bier Ali untuk mengambil miqot atau niat umroh, 5 jam perjalanan ke Mekkah, dua jam checking di hotel di Mekkah, makan malam, dan salat isa. Lebihnya adalah tawaf, sai, dan tahallul atau menggunting tanda umroh sudah sah.

Pulang dari baitullah saya belum sadar kalau handuk masih menempel terus di balik pakaian ihram saya. Dalam perjalanan pulang masih sempat bercanda dengan Akbar, Syam, dan beberapa jamaah lain. Prosesnya pun sama saat mau berihram. Pak Ollie ganti duluan, lalu Syam, Akbar, dan terakhir saya. Alangkah kagetnya ketika mau memakai celana dalam, ternyata handuk masih ada. Astagfirullah. Sejenak semua melongo, dan lalu berhamburanlah tawa mereka. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Yang pasti saya tidak sengaja, tidak menyadari. HM Nabil yang mendengar cerita itu juga tertawa dan dengan bercanda mengatakan umroh saya batal, harus bayar dam. Bayarnya lebih mahal dari larangan lain yang telah dilanggar. Wallahu ‘alam. (bersambung)