Tahun 2007 lalu, saya diberi kesempatan ikut ibadah umroh bersama jamaah Assuryaniyah. Situasi dan suasana beribadah di Arab Saudi harus saya laporkan agar keluarga jamaah di tanah air bisa mengikuti perkembangannya di Arab Saudi. Berikut seri kedua laporan saya yang telah dimuat di Indo.Pos pada pertengahan April 2007.
Perbanyak Ziarah Dulu, Baru Masuk Inti Umroh
ADA delapan kelompok jamaah umroh yang diberangkatkan PT Assuryaniyah. Delapan kelompok ini dibagi dua keloter, masing-masing berangkat pada 15 dan 16 April 2007. Menurut Dirut PT Assuryaniyah, HM Sami, semua calon jamaah umroh yang terdaftar sudah siap terbang, termasuk saya. Tidak ada yang berhalangan. “Tinggal berangkat," katanya.
BERSAMA KELUARGA: Sebagian dari jamaah umroh Assuryaniyah menerima penjelasan dari pemandu tentang tatacara beribadah di Tanah Suci nanti.
Para jamaah memang sudah sangat siap. Itu tergambar pada manasik 1 April lalu di Asrama Haji Pondeok Gede Jakarta Timur. Manasik adalah latihan yang dilaksanakan di tanah air. Tapi bagaimanakah situasinya nanti di Arab Saudi? Sama saja seperti tahun sebelumnya. Yang pasti akan padat karena travel lain juga hadir di sana bersama jamaahnya. Akan ramai dan tampaknya akan bergelombang.
Tahun lalu, pada pemberangkatan awal, prosesi ibadah dimulai dari Mekkah untuk selanjutnya Madinah dan balik ke Indonesia. Namun kali ini diawali dari Jeddah, Madinah, dan Mekkah. Itu artinya inti ibadah umroh, yakni tawaf, sai, dan tahallul berada di akhir-akhir perjalanan.
Ada yang mengatakan dengan rute seperti ini jamaah akan kelelahan lebih dulu sebelum memasuki inti ibadah. Namun pendapat lain mengatakan, dengan ziarah di banyak tempat di Madinah seakan menjadi ‘pemanasan’ sebelum tawaf, sai, dan tahallul. Jadi sama saja sebenarnya dengan rute yang diawali dari Mekkah.
Memang, tiga hari pertama akan dihabiskan di Madinah. Di sana jamaah memperbanyak ibadah, ziarah, sholat wajib-sunnah di Masjid Nabawi. Ziarah ke Majid Quba, Jabal Uhud, Masjid Qiblatain, dan melintasi Masjid Tujuh (Khandak), dan terakhir di kebun kurma, sebelum bertolak ke Mekkah.
Saat berangkat ke Mekkah inilah inti umroh sebenarnya sudah dimulai. Dari shalat dhuhur dan ashar (jama’) lalu ganti pakaian dengan mengenakan pakaian ihram. Dalam perjalanan ke Mekkah jamaah akan singgah dulu di Bier Ali (letaknya 12 km selepas Madinah) untuk mengambil miqot. Banyak pula baru di Bier Ali yang mengganti pakaian ihramnya. Makanya miqot disebut pula tempat mengambil berniat umroh dengan mengganti pakaian ihram.
Selain di Bier Ali, masih ada tempat untuk mengambil miqot, yaitu di Ji’ronah. Perjalanan Madinah-Mekkah boleh dikata cukup melelahkan. Di antara itu, jamaah singgah shalat magrib dan isya di perjalanan. Sesuai jadwal, tiba di Mekkah pada jam 11 malam. Masuk hotel dulu, baru ke Masjidil Haram untuk tawaf, sai, dan tahallul.
Umroh belum berakhir di sini. Sebenarnya masih ada umroh sunat yang dimulai dari miqot di Masjid Ji’ronah. Lalu memperbanyak ibadah dengan shalat wajib dan sunat di Masjidil Haram. Jika ingin ziarah, masih ada kesempatan mengunjungi Jabal Tsur, Jabal Nur, Arafah, Jabal Rahmah, Mina, Muzdalifah, dan sebagainya. Jangan lupa ke Pasar Seng, pasar tradisionil yang terletak di dekat Masjidil Haram.
Menurut jadwal, jamaah Assuryaniyah juga akan melakukan tawaf wada di Masjidil Haram. Ibadah ini dilakukan sebagai penutup tawaf di depan Kakbah sebelum bertolak pulang ke tanah air dengan kembali ke Jeddah lagi. Di Madinah ada acara bebas, siapa tahu masih mau beli oleh-oleh. (bersambung)