31 Mei 2008

UMROH BERSAMA ASSURYANIYAH 2007 (8)

Komar Sembuh, Langsung Menyusul ke Mekkah

Masih ingat Komar dinyatakan batal ikut umrah PT Assuryaniyah? Kamis sore lalu tiba-tiba menelpon ke Posko di Mekkah. Dia minta dijemput di Jeddah. Panitia kalang kabut, dan akhirnya dia datang memenuhi rencana reuni Empat Sekawan di Arab Saudi.
Kepastian kedatangan H Komar itu juga disampaikan anggota personil Empat Sekawan, Derry. Kepada Indo.Pos Derry menyatakan kegembiraannya bisa bereuni kembali di Mekkah. “Pertama kali kami umrah 10 tahun lalu. Bersyukur Komar bisa menyusul. Boleh dikata Assuryaniyah kembali mempersatukan kami,” kata Derry yang didampingi Ginanjar dan Eman.
Dirut Assuryaniyah HM Syami membenarkan kalau Komar akan menyusul. “Sore ini kami jemput,” katanya. Diperkirakan anggota DPR dari Partai Demokrat tersebut tiba pada magrib nanti. Jeddah Mekkah hanya 1 jam naik bus.

SANTAI DI MEJA MAKAN: Dery, Ginanjar, Emon, dan H Komar -Empat Sekawan yang kembali reuni di Tanah Haram dalam program umroh reguler Assuryaniyah.

Benar, Kamis sore WIB komedian yang kini menjadi anggota DPR RI itu sudah terlihat di loby hotel sudah berpakaian ihram dan ikut kultum di ruang makan. Indo.Pos pun sempat berkelakar dengannya. “Gak enak aja ama teman-teman, masak gini aja reuni harus batal,” katanya.
Komar memang harus melaksanakan tawaf, sa’i, dan tahallul. Sebab inilah inti ibadah umrah. Selesai tawaf, komedian yang banyak berdakwah ini pun ikut larut dalam tasyakuran PT Assuryaniyah di Masjidil Haram. Acara pengampunan dosa itu dilakukan pukul 01.30 Jumat dinihari. Acara itu dipimpin H Kosasih dan diikuti hampir semua jamaah umrah. Pendiri Assuryaniyah Hj Suryani Tahir hadir dalam acara syukuran tersebut.
Jumat di Mekkah adalah hari libur. Para jamaah boleh dikata tidak ada kegiatan hingga salat Jumat. Kamis lalu juga seharian acara bebas. Inilah yang dimanfaatkan sebagian besar jamaah untuk jalan-jalan di sekitar Masjidil Haram. Berombongan mereka ke Pasar Seng, sebutan bagi pasar yang cukup terkenal di Mekkah. Ada pula ke Masjidil Haram untuk mendekatkan diri ke Baitullah. Lainnya adalah menyusuri gang di mana terdapat banyak minimarket Indonesia.

RIWAYAT ISLAM: Inilah bangunan yang diyakini sebagai rumah tempat Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Tentu bangunan sekarang tidak sama dengan bangunan di saat Muhammad lahir. Rumah ini letaknya tak jauh dari Masjidil Haram, kira-kira hanya sekitar 200 meter dari Kakbah. Rumah kelahiran Muhammad tersebut kini dijadikan sebagai perpustakaan Kota Mekkah.

Di lain pihak, ada yang hanya foto-foto di depan rumah tempat Nabi Muhammad dilahirkan. Rumah itu seperti tidak terawat, hanya dijadikan perpustakaan yang kelihatannya jarang dibuka. Warnanya putih kusam. Dua hari pemantauan Indo.Pos, rumah atau perpustakaan tersebut tidak pernah dibuka sama sekali. Di depannya banyak pengemis yang rata-rata dari Afrika. Rumah tersebut berhadapan persis dengan pintu Al Munawar Masjidil Haram. Memang Setiap pintu di Masjidil Haram punya nama. Yang dekat dengan tempat sa’i disebut Munawara Gate.
Saya dan Akbar Muslim juga ikut ke Pasar Seng, lalu menyusuri minimarket Indonesia itu. Maklum Akbar adalah perokok. Di Arab, rokok adalah ‘barang haram’. Minimarket ini hanya menjual rokok asal Indonesia di bawah tangan. Saat ditanya semua mengatakan tidak ada, takut jangan sampai ketahuan.

PAGI DI MEKKAH: Usai salat subuh di Masjidil Haram banyak jamaah menyempatkan berjalan-jalan di sekitar kawasan Pasar Seng. Saya sendiri menelusuri pasar buah, dan membeli koran Jawa Pos di toko Indonesia. Saya ketika difoto oleh Akbar di depan lapak-lapak penjual buah.

Di toko Surabaya baru bisa dapat. Itu pun diserahkan dengan tertutup rapat. Di sana pula ada dijual koran Jawa Pos edisi sehari sebelumnya. Jawa Pos terbaru adalah edisi Kamis 18 April 2007. Ada juga harian Kompas di toko ini. Sementara di toko Nusantara dan Bandung, serta toko Puncak Sumatera tersedia Jawa Pos, Nova, dan Tabloid Pulsa. Saya membeli Jawa Pos.
Soal warnet, saya sempat kelimpungan. Warung internet seperti barang langka di Mekkah. Hotel berbintang nyaris tak menyediakan internet di bussiness center-nya. Untung ada panitia yang memiliki internet lengkap di kediamannya. Hamdy, juga panitia, bersedia mengantar saya ke rumah Lutfie dengan mobil sedan mewah milik Lutfie sendiri. Sayang Windows Vista Lutfie tak bisa membaca flash disk USB milik saya. Artinya, di rumah Lutfie, saya gagal mengirim laporan ke tanah air. Namun atas jasa pengusaha muda asal Indonesia di Mekkah ini, saya baru bisa mengakses internet di cafe internet di kawasan Aziziah. Hanya saja Windows-nya berbahasa Arab. Saya pun meraba-raba seadanya saja. Sukses, dan terkirimlah berita yang terbit pada edisi kemarin.

DI LOBY AL RAWASI: Sepulang salat subuh, jamaah duduk-duduk dulu di loby hotel sebelum keluar melihat-lihat Kota Mekkah atau berbelanja di pusat pertokoan. Saya (baju merah pegang koran Jawa Pos) berfoto bersama dengan panitia, Dery, Emon, Ginanjar, dan beberapa anggota rombongan.